Posts

di ujung kertas (20)

terkadang aku takut menulis namamu. menjadikan inisial karena aku terlalu tersipu  malu. itu mungkin akhir dari kalimatku. tak pernah jadi kukirimkan untuk mu. sengaja, agar kamu tau.tanpa harus diberi tahu. senyap dari itu. kamu datang tanpa ragu. yang mencinta menjadi satu. hilang ragu, serta ketidak percayaannya aku.

aku (19)

aku, ada dan terlahir untuk tulisan-tulisan ini tulisan yang aku persembahkan untukmu cukup kamu nikmati tanpa ragu. tanpa harga yang harus dibayar, karena aku mencintaimu. tulisan yang sebetulnya aku harus ungkapkan. menjelaskan dengan metafora agar kamu berfikir juga. saling tanya, menanyakan maksud untuk topik cengkrama. untuk kita berbincang lama, selama-lamanya.

majikan dan budak (18)

ada yang takut dengan lukisan. serta karya tulisan yang mereka kira hantu yang menakutkan. takut dengan lirik-lirik lantang bicara tentang keras sindiran. namun tidak dengan tuhan. lisan yang pandai menyangkal mata yang buta dengan isyarat gamblang hati yang hilang haus akan kekuasaan  pedangmu bengkok tuan, Tak ada otak kiri ataupun kanan. bicara apa kau! telinga yang pura-pura tuli membungkam atas suara yang lantang, namun bisik tak bisa dibungkam. keegoisan, menyangkal kenyataan. takut akan kehilangan kekayaan dan menerima kemiskinan. juga penyangkalan-penyangkalan bodoh pengikutnya. membuat diri mereka buta. membuat diri mereka tuli dengan angin bicara yang ada. saling tunjuk atau saling menutup. yang miskin disogok, yang kaya tak ada otak.

digenggam erat (17)

tangan ku pada salangka terjaga dalam kuda-kuda tangan ku pada hulu menjaga untuk tak terluka lebih dulu api yang padam karena terlalu lama menegakkan pedang. marak api berkobar memakan banyak korban. malang, ia harus sendiri menghadapi dunia dengan pedang candaan. membiarkan satu persatu ditusuk dengan pedang tumpul, dan semua tersiksakan.

aku? (16)

apakah sukamu itu nyata? karena rayumu membuat ku ragu. takut semua itu berlalu. sedangkan kau sudah bawa aku berkelana jauh. benarkah aku?. jangan ketik satu untuk setuju. tunjukkan apa mau kamu untuk yang katanya "kita" itu. pastikan, karena aku ingin terjun ke laut untuk menyatakan.

kwetiau (15)

kwetiau malam tak ku lewatkan menyantap dengan krupuk harapan harapan yang renyah di ingatan mereda diredakan oleh segelas teh tawar jangan salahkan ia terlalu pedas karena itu yang kau pesan ini terlalu larut untuk memikirkan karena ada piring yang harus dikembalikan

hujan (14)

ada kelebat seorang yang tak berakhir pergi. angin yang membawa desah sunyi dalam malam yang sepi. rintik rindu yang menjadi genang di sore hari. selalu ku tunggu mengering hingga esok pagi nyatanya ia hanya mereda lalu deras kembali. ada taburan bintang yang samar. seperti harap yang tak ingin pudar. apa yang kau tahu? sedang hujan selalu jatuh membawa aroma kenangan itu.

dijajah negara sendiri (13)

kami hanya rakyat biasa yang dapur kami diobrak-abrik penguasa. layak kami hidangkan makan untuk nya. sakitnya, sendok-sendok rakus juga mengais sisa. piring kosong dan kotor pun dihinggapi tikus tak tau diri, ditengah meja para pemakai jas dan dasi aku tidak takut tertinggal, tak takut untuk ketinggalan, hanya bagaimana jika semua terus terulang dan tak diingatkan?

Jauh di mata dan di hati (12)

sebenarnya puisi itu lebih panjang, lebih panjang dari tulisan-tulisan yang aku tulis untuk mu.pesan tersirat dan perasaan yang tak terungkap.juga karena tak bosan kian kali rindu yang tumbuh lebih indah dari tanaman bunga yang ku rawat setiap hari.tak aku petik maupun ku ambil gambar untuk sekedar tampilan ponsel ku.karena ia tak akan lebih indah dari yang nyata. langit biru yang aku lihat begitu indah.tak lagi-lagi ku ambil gambar nya karena ia akan lebih indah jika dipandang mata.dan ia akan lebih indah dari yang aku ambil gambar tentang nya. begitu pula, jika kau lihat tulisan-tulisan yang ku persembahkan untuk mu.yang mungkin sekali kau baca, namun itu tak akan lebih indah dari yang sebenarnya terasa. dunia yang kita genggam sesekali ku lepas untuk ku genggam kembali untuk kesekian kali, berkali-kali.agar hangat yang hilang tetap ada.  aku lancang menulis ini, karena tak ada yang lebih bisa ku perbuat untuk apa yang membendung saat ini.bagaimana kabarmu?sekian rembulan tak men...

kita di halaman yang baru (11)

hiduplah lebih lama, bertahun-tahun kiranya. mimpi yang panjang, hidup yang tenang. kita berdua dengan segalanya. bukan hanya lama, namun selamanya. tak pernah menyerah, tak akan pernah. hidup untuk hal-hal kecil itu. bahagia yang kita tau. bukan lagi tentang amarah, dendam. walaupun ia masih bersarang. kita berdua, terang benderang.. penuh rasanya, rasa bahagia maksudnya.. seguci rindu dan harap kita.

laman terakhir (10)

aku senang dengan cinta yang sederhana. untuk laman terakhir yang tersisa. kosong sebenarnya, justru itu harapan nya. berdansa lebih lama di panggung yang apa ada nya. tak ada penonton.. hanya aku,kamu serta dunia dan seisinya.

harga sebuah cerita (9)

apa harus ada harga yang harus aku bayar. untuk sebuah cerita yang akan ku abadikan. atau mungkin tak ada, namun harus diakhiri kepergian. yang selamanya akan aku kenang, orang lain bicarakan. apa itu terlalu naif untuk dilakukan. masih terlalu pagi untuk dijelajahi. sudah terlalu larut untuk diperjuangkan. waktunya istirahat, hiatus dari sebuah pikiran. aku juga banyak takut nya. misal saja aku kehilangan yang disayang. sekali lagi, patah hati perasaan sendiri. bukan hal yang aku suka dan tetap aku nikmati.

flying-ant (8)

flying-ant under the streetlights. the flying-ant, on wings so frail. A fleeting flight, a frantic spin. Against the night, it battles in. do they chase the light in blind desire. or burn themselves for something higher? A spark, a speck in the midnight  Briefly held, then lost from sight.

hujan (7)

ku tanggalkan pakaian hujan. menerima serbuan air sendirian. menyuarakan jika tak ada yang perlu ditakutkan. berteduh dibawah hujan.

violet (6)

bahkan aku tidak menemukan violeta, di tengah dua sayap yang berbeda. Satu mengepak pada angin ketenangan, Yang lain tersesat dalam badai keraguan. Bahkan aku tidak menemukan Violeta, Hanya gemuruh di antara dua sayap yang berbeda. satu mengepak mengisyaratkan untuk berteduh, yang lain memilih menari di bawah gemuruh.

sepasang sayap (5)

mengudaralah kupu-kupu ku entah badai mana yang menyerbu peluk kita cukup jauh kamu kuat, aku kuat

the day (4)

The crescent moon is shining brightly in my face. I'm so cold I could freeze my bones. I was blinded by the darkness. And memories have faded.

tak suci (3)

mungkin orang-orang yang ingin mati. tak benar-benar ingin mati. ia hanya kehilangan diri. mencari hingga lelah bagian mana yang patut disayangi, dalam diri yang merasa tak suci. ia merasa hampa. entah ingin pergi kemana, tak mengerti arah tujunya. mengharapkan seorang membunuhnya. walau diantara tak bersedia memeluk Tuhannya, dan tak pantas jadi manusia.

Broken belt (2)

no, it's not broken. it has a unique way to be used. too fast to say "useless". cause the way has uniqueness. for even the strongest. it will be broken once it was held tight, hugging close. nevermind, it's not about "broken belt"

Cemas (1)

"Tentang kita yang hilang seiring jarum bertemu." bulan sabit yang meringkuk di wajah mu. hujan jatuh diatas kepala mu dan kau jauh, hilang dari pandang ku. gusar pikiran ku, ada apa dengan mu? nafas mu dangkal dari kejauhan. tertatih dikejar kerinduan. peluk hangat kita yang dirindukan. perlahan hilang, hilang termakan hewan buas dalam hutan.